Kubah GRC Masjid, Membangun Kesan Arsitektural yang Agung pada Sebuah Masjid
Kubah GRC masjid adalah bagian dari wujud perkembangan teknologi arsitektur masa kini. Dengan adanya kubah GRC masjid, masyarakat semakin mendapat kemudahan-kemudahan dalam menentukan pilihan pola dan desain masjid yang akan dibangun. Di Indonesia yang merupakan penduduk terbesar dunia sebagai pemeluk agama Islam, peluang menjamurnya masjid sangatlah besar. Hal ini menjadikan inovasi struktur kubah sangat berperan penting dalam pembangunan masjid. Masyarakat yang semakin maju, tentu akan berpikir secara praktis dalam melakukan segala hal, termasuk dalam rangka membangun sebuah masjid. Masjid dengan kubah sebagai bentuk penghormatan pada sikap mempertahankan tradisi arsitektur nusantara perlu untuk dipertimbangkan nilai dan risikonya. Jika struktur kubah dari zaman ke zaman mengalami perkembangan dengan mengandalkan kubah yang dibangun dengan teknik cor, tentu masih memiliki banyak kelemahan di banyak sisi. Maka dari itu, kubah GRC masjid patut diperhitungkan dan masih menjadi pilihan di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kubah masjid dengan teknik cor jika dibandingkan dengan kubah GRC masjid tentu memiliki banyak perbedaan. Kubah dengan teknik cor relatif membutuhkan biaya yang lebih banyak dibanding dengan yang terbuat dari GRC. Selain itu, kubah cor memiliki beban yang cukup berat pada struktur dasar bangunan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kubah GRC masjid yang lebih ringan karena terbuat dari bahan komposit, sehingga tidak memberi beban yang berat pada struktur bangunan dasar. Sistem pemasangannya pun berbeda. Jika pada kubah cor dilakukan dengan melakukan pengecoran tempat (secara permanen, membutuhkan banyak tenaga kerja dan material), maka kubah GRC dipasang dengan cara merangkai lembaran-lembaran kubah yang sebelumnya sudah dicetak dan siap dipasang dengan bantuan kerangka sesuai model yang diinginkan. Persoalan kekuatan, perawatan, dan ketahanan juga tidak diragukan lagi. Kubah GRC masjid sudah dipersiapkan sebagai panel arsitektur yang tahan terhadap jamur, anti sinar ultra violet, mudah dicat, tidak mudah lapuk, tahan terhadap benturan-benturan (yang sifatnya ringan), dan ramah terhadap lingkungan. Hal ini berbeda dengan kubah masjid yang terbuat dari cor konvensional masih sangat rentan terhadap jamur, butuh teknik khusus dalam pengecatan (karena warna mudah terkelupas jika terkena hujan dan panas secara terus menerus), biaya cukup besar, beban terlalu berat untuk struktur bangunan dasar.
Dengan perbandingan seperti di atas, pemilihan penggunaan kubah GRC untuk masjid saat ini sudah mulai banyak dilakukan. Bahkan terus-menerus terjadi perkembangan dalam aplikasinya. Baik dari segi penerapan variasi desain sampai dengan peningkatan kualitas produknya. Ini membuktikan bahwa produk kubah GRC masjid semakin diminati oleh konsumen dan mendapat perhatian oleh pihak pemroduksi untuk terus dikembangkan kualitasnya. Penggunaan kubah untuk masjid dengan spesifikasi material beton pracetak atau GRC diharapkan akan semakin memberi khasanah/ kekayaan seni arsitektur masjid di tanah air. Dengan demikian bangunan masjid tidak hanya sebagai bangunan tempat ibadah, namun juga bisa sebagai representasi generasi beragama di nusantara masa kini dalam mempertahankan ciri khas warisan budaya khususnya warisan kekayaan seni arsitektur islami. Kemudian harapan terpenting adalah dengan adanya inovasi dan perkembangan teknologi arsitektural untuk memperindah bangunan serta kenyamanan masjid, diharapkan juga adanya peningkatan kualitas ibadah para pemeluk agama islam secara menyeluruh. Dari sinilah terjadi keterkaitan yang luar biasa, bagaimana kemajuan zaman bisa memiliki andil terhadap perkembangan budaya serta agama.
1 Response